1.1
LATAR BELAKANG
Menyongsong
era millenium ketiga abad 21, pembangunan di sektor peternakan dan
kesehatan hewan dituntut untuk tampil dengan paradigma baru yang lebih memihak
pada rakyat kecil. Dengan semakin meningkatnya laju mobilitas manusia di
seluruh dunia pada era tersebut, maka arus penularan penyakit pada hewan,
ternak dan manusia sangat mudah terjadi. Hal ini merupakan suatu tantangan atau
tugas yang berat di bidang kesehatan hewan sebagai salah satu ujung tombak dalam
mencegah, mendeteksi dan menangkal masuknya penyakit-penyakit yang bersifat
zoonosis dari luar Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit, namun hasilnya belum memuaskan, terutama dalam hal
pencegahan dini, diagnosa secara cepat, efisien dan akurat. Untuk itu melalui
pendekatan strategis dari aspek penelitian-penelitian dalam bidang kesehatan
hewan, diharapkan dapat memecahkan beberapa persoalan yang dihadapi dalam
menangani penyakit pada hewan. Hal lain yang lebih penting adalah pengembangan
sumber daya manusia dan teknologi diagnosis yang berbasis molekuler yang
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan hewan.
Hewan dan ikan merupakan salah
satu sumber protein hewani yang amat penting bagi sumber daya manusia. Sumber
tersebut dapat diperoleh dari produk peternakan dan perikanan. Ikan merupakan
penghasil protein hewani yang amat penting bagi manusia, terutama dalam bentuk
lauk pauk yang amat digemari oleh masyarakat di Indonesia. Pada masa sekarang
ini banyak sekali muncul masalah dalam usaha budidaya perikanan. Salah satu
yang penting dalam usaha perikanan tersebut adalah masalah penyakit yang
menyerang pada ikan, baik yang disebabkan oleh parasit, bakteri, virus dan
jamur. Penyakit ini banyak menimbulkan kerugian ekonomi bagi peternak ikan,
karena menyebabkan dapat kematian yang sangat tinggi.
Sehubungan dengan pentingnya
pengetahuan dalam diagnosis penyakit pada ikan baik secara histopatologi dan
diagonis modern, Bagian Patologi banyak melakukan penelitian tentang penyakit
ikan, kerjasama dengan Dinas Perikanan dan Balai Karantina Ikan Pusat maupun
daerah.
· Visi
”Terwujudnya suatu produsen vaksin dan diagnostika yang tangguh, maju dan efisien dalam menunjang pelayanan Kesehatan Hewan dan Pembangunan Peternakan apda umumnya”.
”Terwujudnya suatu produsen vaksin dan diagnostika yang tangguh, maju dan efisien dalam menunjang pelayanan Kesehatan Hewan dan Pembangunan Peternakan apda umumnya”.
· Misi
- Memproduksi vaksin dan bahan biologik lainnya untuk memenuhi kecukupan pengamanan penyakit secara nasional
- Mengupayakan peningkatan mutu pengembangan produk sesuai kemajuana ilmu pengetahuan dan teknologi dan pemanfaatan sumberdaya lokal secara optimal
- Memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat pengguna vaksin dan diagnostika
- Mengoptimalkan kapasitas produksi vaksin dan bahan biologik untuk mengurangi impor.
· Tugas Pokok
- Memproduksi vaksin, antisera, diagnostika dan bahan biologis lainnya
- Menguji mutu produksi
- Melaksanakan pengadan dan pemeliharaan sarana produksi serta distribusi hasil produksi
- Melakukan penyidikan guna peningkatan mutu hasil produksi dan identifikasi penyakit
BAB 2 HASIL PENGAMATAN
Pusvetma
adalah Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Direktorat Jenderal Peternakan yang
diberi tugas untuk memproduksi vaksin dan bahan biologik lain yang diperlukan
oleh pemerintah dalam pengendalian penyakit hewan menular penting di Indonesia.
Sejak didirikan sebagai Balai Penyelidikan Penyakit Mulut dan Kuku tahun 1952 kemudian menjadi Lembaga Penyakit Mulut dan Kuku (LPMK) dan selanjutnya sebagai Lembaga Virologi Kehewanan (LVK) sampai tahun 1978 dan sekarang menjadi Pusat Veterinaria Farma (Pusvetma), lembaga ini merupakan Unit Pelaksana Teknis yang diberi tugas membuat dan mendistribusikan vaksin, antigen, diagnostika dan bahan biologis lain keseluruh wilayah di Indonesia.
Sejak didirikan sebagai Balai Penyelidikan Penyakit Mulut dan Kuku tahun 1952 kemudian menjadi Lembaga Penyakit Mulut dan Kuku (LPMK) dan selanjutnya sebagai Lembaga Virologi Kehewanan (LVK) sampai tahun 1978 dan sekarang menjadi Pusat Veterinaria Farma (Pusvetma), lembaga ini merupakan Unit Pelaksana Teknis yang diberi tugas membuat dan mendistribusikan vaksin, antigen, diagnostika dan bahan biologis lain keseluruh wilayah di Indonesia.
Adapun tugas pokok yang diemban oleh
PUSVETMA adalah untuk :
- Memproduksi vaksin, antisera, diagnostika dan bahan biologis lainnya.
- Menguji mutu produksi.
- Melaksanakan pengadan dan pemeliharaan sarana produksi serta distribusi hasil produksi.
- Melakukan penyidikan guna peningkatan mutu hasil produksi dan identifikasi penyakit.
Indonesia
telah
dinyatakan bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sejak tahun 1986. Status bebas
tersebut diperoleh dalam kurun waktu 100 tahun terhitung dari wabah pertama yang terjadi pada tahun 1887 di
Malang, Jawa Timur.
Pada tahun 1990 Indonesia
berhasil mendapatkan pengakuan dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (Office Internationale des Epizootica/OIE) sebagai negara berstatus bebas
PMK tanpa vaksinasi, melalui Resolusi OIE No. XI tahun 1990. Mengingat
posisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang berada di
sekitar negara yang masih tertular PMK, seperti India,
Filipina,
Malaysia (kecuali Sabah dan Serawak), Vietnam dan
Thailand, maka potensi dan resiko masuknya bibit penyakit
PMK menjadi sangat tinggi. Mengingat perkembangan wabah penyakit
PMK yang terjadi di negara lain akhir-akhir ini, yaitu adanya wabah PMK
di Korea Selatan pada bulan Januari 2010, di Hongkong pada bulan Februari 2010, dan
kemudian di Jepang pada bulan April 2010, selanjutnya
adanya wabah PMK di berbagai negara pada tahun 2011, maka Indonesia
harus dan perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi dan
resiko masuknya penyakit PMK. Salah satu upaya dalam rangka meningkatan
kewaspadaan tersebut di atas adalah melalui peningkatan pelaksanaan
sistem kesiagaan darurat penyakit hewan (Animal
Disease Emergency Preparedness) yang diaplikasikan dalam bentuk kegiatan simulasi PMK. Oleh karena
itu Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan, Kementerian
Pertanian Republik Indonesia, bekerjasama dengan Dinas Peternakan &
Kesehatan Hewan Propinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Kota Binjai pada tanggal 29 September –
1 Oktober 2011 menyelenggarakan Simulasi PMK di Medan, Sumatera
Utara. Terpilihnya Sumatera Utara sebagai lokasi simulasi karena Propinsi
Sumatera Utara berdekatan dengan negara tetangga Malaysia yang tidak bebas PMK,
sehingga propinsi ini berisiko tinggi terhadap pemasukan dan penyebaran
penyakit PMK, terutama bila ada pemasukan hewan atau produk hewan yang illegal. Peserta
Simulasi adalah perwakilan dari Dinas
Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi se-Sumatera, Dinas Peternakan atau Dinas yang
membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten se-Sumatera, Laboratorium Veteriner seperti Balai
Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet), Bogor, Balai Besar
Veteriner (BBV) Wates (Yogyakarta), Denpasar
(Bali) dan Maros (Sulawesi Selatan), Balai Penyidikan dan Pengamatan Veteriner
(BPPV) Regional I Medan, Regional II Bukittinggi, Regional III Lampung dan
Regional V Banjarbaru; dan Laboratorium Tipe B se-Sumatera, Pusat Veterinaria Farma
(Pusvetma), Surabaya, Pusat Karantina Hewan dan Keamanan
Hayati Hewani, Stasiun Karantina Hewan di Sumatera, Pusat
Kesehatan Hewan se-Sumatera, Kepolisian Sumatera
Utara, dan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Daerah.
Simulasi dilakukan melalui 2 (dua)
cara, yaitu dalam
ruang (indoor) dan di lapang (outdoor). Khusus untuk
simulasi outdoor dilakukan di suatu peternakan
babi di Kota Binjai, mengingat babi adalah
hewan yang sangat mudah tertular virus PMK, dan bila sakit tidak menunjukkan
gejala klinis yang jelas, sehingga berpotensi sebagai sumber
penularan penyakit.
4 komentar:
bermanfaat terima kasih
artikelnya sangat membantuuuu
bagus bagus
mari kita tumbuhkan rasa nasionalis kita...!!!
MERDEKA...!!!
Posting Komentar