TUGAS
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
VERDY HARI NUGROHO
NIM : C4110766
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
BISNIS UNGGAS
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
TAHUN 2013
1.1 Latar
Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia dan sangat menentukan perkembangan atau kemampuan manusia. Selain
sebagai sumber gizi bagi manusia, makanan yang dikonsumsi dapat menjadi sumber
penularan penyakit apabila telah tercemar mikroba dan tidak dikelola secara
higienis.
Makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan
keracunan apabila makanan tersebut sudah tercemar oleh mikroba patogen seperti
Salmonella spp., Staphyllococcus aureus, Lsteria monocytogenes, Bacillus spp.
dan Clostridium botulinum. Industri makanan seperti industri jasa boga dewasa
ini kian berkembang pesat dengan makin meningkatnya tuntutan akan jasa
pelayanan makanan siap santap. Makanan siap santap dianggap mempunyai mutu yang
baik jika sesuai selera dan dapat memuaskan konsumen dalam hal rasa, penampilan
dan harga yang terjangkau. Namun, nilai gizi dan keamanan makanan terkadang menjadi
bagian tersembunyi yang terlepas dari perhatian konsumen. Akibatnya sering
terjadi kasus keracunan makanan yang menimpa sekelompok orang.
Susu dan produk unggas merupakan produk pangan
yang mudah terkena cemaran mikroba. Hal ini disebabkan dua jenis produk
tersebut selama kehidupannya berada dalam lingkungan yang kotor. Banyak
dijumpai cemaran mikroba patogen pada susu dan produk unggas. Mikroba yang
telah teridentifikasi dan sering mencemari susu dan produk unggas antara lain S.
aureus, Salmonella spp., dan Campylobacter spp. Sumber cemaran mikroba patogen
tersebut dapat berasal dari lingkungan peternakan dan pakan yang diberikan pada
ternak yang tanpa sengaja dapat mencemari produk-produk tersebut. Pencemaran dapat
terjadi pada saat proses pemerahan susu, penyembelihan unggas hingga proses
pengolahan.
1.2 Tujuan
v Mengetahui lebih
dalam tentang bakteri Salmonella sp.
v Mengetahui
pencemaran karkas oleh bakteri Salmonella
sp.
v Mengetahui cara
pencegahan dan penanganan karkas yang tercemar bakteri Salmonella sp.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Karkas Ayam
Definisi karkas ayam pedaging adalah
bagian dari ayam pedaging hidup, setelah dipotong, dibului, dikeluarkan jeroan
dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya (ceker).
Klasifikasi berdasarkan cara
penanganannya, dibedakan menjadi: Karkas segar ialah karkas segar yang baru
selesai diproses selama tidak lebih dari 6 jam dan tidak mengalami perlakuan
lebih lanjut. Karkas dingin segar ialah karkas segar yang segera didinginkan
setelah diproses sehingga suhu di dalam daging mencapai antara 4-5 derajat
Celsius. Karkas beku ialah karkas yang telah mengalami proses pembekuan cepat
atau lambat dengan suhu penyimpanan antara 12-18 derajat Celsius.
Berdasarkan cara pemotongan karkas, dibedakan
menjadi: Karkas utuh; Potongan separuh (halves) karkas dibagi menjadi dua
potong sama besar; Potongan seperempat (quarters) karkas dibagi menjadi empat
potong sama besar; Potongan bagian-bagian badan (chicken part atau cut up);
Debone yaitu karkas ayam pedaging tanpa tulang atau tanpa kulit dan tulang.
Ukuran karkas ditentukan berdasarkan
bobotnya. Bobot karkas individual ditentukan oleh bobot karkas itu sendiri,
berdasarkan pembagian sebagai berikut: Ukuran kecil 0,8 – 1,0 kg; Ukuran sedang
1,0 – 1,2 kg; Ukuran besar 1,2 – 1,5 kg.
2.1.2
Salmonella sp.
Salmonella adalah suatu genus bakteri
enterobakteria berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid (penyakit tifus),
paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas
dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward
Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith
(yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan
bakterium tahun 1885 pada tubuh babi. Berdasarkan SNI 01-2897-2008,
kandungan bakteri Salmonella sp.
Harus negatif atau daging harus terbebas dari bakteri tersebut
2.2
Pembahasan
2.2.1
Kontaminasi/Cemaran
Awal
kontaminasi pada daging berasal dari mikroorganisme yang memasuki peredaran
darah pada saat penyembelihan, jika alat-alat yang digunakan untuk pengeluaran
tidak steril. Pisau, sarung tangan, alat potong, alat cacah, talenan, timbangan
bahkan penjualnya juga merupakan sumber mikroorganisme kontaminan (Smulders,
F.J.M., 1987).
Kontaminasi selanjutnya dapat terjadi
melalui permukaan daging selama persiapan daging, yaitu proses pembelahan
karkas, pendinginan, pembekuan, penyegaran daging beku, pemotongan karkas atau
daging, pengepakan, penyimpanan dan distribusi. Pencemaran mikroorganisme
terhadap daging dapat terjadi sebelum pemotongan (pencemaran primer) dan
setelah pemotongan (pencemaran sekunder). Pencemaran primer dapat dihindari
dengan berbagai cara. Salah satunya dengan mengurangi kepadatan ternak pada
suatu peternakan dan pada saat pengangkutan. Hal ini dikarenakan dapat
mengakibatkan penyebaran penyakit antar ternak. Pencemaran sekunder dapat
terjadi selama beberapa tahapan yaitu selama pengolahan, penjualan dan
persiapan oleh konsumen (Okrend, A.J., R.W. Johnston and A.B. Moran, 1986.).
Transportasi
merupakan salah satu faktor penting dalam rantai penyediaan bahan pangan asal
ternak, baik transportasi dari peternakan ke tempat pemotongan maupun dari
rumah pemotongan ke distributor dan industri, maupun dari distributor ke
pengecer atau konsumen. Produk peternakan semisal daging merupakan media yang
baik bagi pertumbuhan mikroba patogen maupun nonpatogen, sehingga diperlukan
fasilitas pendingin pada saat transportasi. Transportasi dan penyimpanan daging
tanpa pendingin dapat menyebabkan mikroba berkembang biak dengan cepat sehingga
jumlahnya mencapai tingkat yang berbahaya bagi kesehatan manusia (Lukmanto, A.,
1996).
2.2.2
Pencegahan dan Penangan kontaminasi
3.2.2.1
Pencegahan Kontaminasi
Pencegahan kontaminasi dari bakteri Salmonella sp. adalah dengan melakukan
sanitasi. Sanitasi merupakan bagian penting dalam proses pengolahan pangan yang
harus dilaksanakan dengan baik. Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha
pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor
lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut. Secara
luas, ilmu sanitasi merupakan penerapan dari prinsip-prinsip yang akan membantu
memperbaiki, mempertahankan, atau mengendalikan kesehatan yang baik pada
manusia.
3.2.2.2
Penanganan Kontaminasi
Karkas
ayam yang terkontaminasi bakteri Salmonella
masih bisa dikonsumsi, tetapi tentunya ada perlakuan khusus terhadap karkas
tersebut.salah satu perlakuan yang dapat dilakukan adalah dengan pencelupan
karkas ke dalam asam asetat dengan konsentrasi 2,0% dan dapat pula dicelupkan
kedalam klorin 20 ppm dalam waktu tertentu Penanganan/ perlakuan tersebut
bersifat menghambat perkembangan bakteri Salmonella
sp. (Jatikusumah, 2003).
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari data/keterang diatas, saya dapat menyimpulkan
bahwa :
v Bakteri
Salmonella sp. tidak boleh ada dalam
karkas karena dapat menyebabkan penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian
v Semua
proses mulai dari pemotongan sampai pengemasan, berpotensi terjadi kontaminasi
v Pencegahan
dan penanganan kontaminasi relatif mudah untuk dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
SMULDERS, F.J.M., 1987.
Prospective for the microbial decontamination of meat andpoultry. Elsevier,
Amsterdam.
OKREND, A.J., R.W.
JOHNSTON and A.B. MORAN, 1986. Effect of acetic acid on the death rates at 52
°C of Salmonella Newport, Salmonella typhimurium and Campylobacter jejuni in poultry
scald water. J.Food Protect, 49:500-503.
LUKMANTO, A., 1996.
Tuntutan konsumen dalam negeri terhadap mutu produk pangan. Agritech, Majalah
Ilmu dan Teknologi Pertanian, Vol 16:4:1-6.
JATIKUSUMAH, A., 2003.
Pencelupan Karkas Ayam dalam Asam Asetat 2,0%, 3,0%, dan Klorin 20 ppm Sebagai
Bahan Preserpatif Untuk Pengendalian Salmonella
sp., Jurnal.
0 komentar:
Posting Komentar